Sejenak aku menghentikan langkahku di
tengah arus keramaian yang tiap hari berada dalam tubuhku. Duduk terdiam
menerima terpaan angin malam, memandangi bintang dengan segala gemerlap
keelokannya. Gemerlap itu menyatu dengan kilatan cahaya dari lampu
warung-warung para anak manusia yang mengusahakan sesuap nasi, hmm.. atau
bahkan sebongkah berlian dari keramaian yang terjadi pada tubuhku. Semoga tubuh
tuaku tetap mampu menyokong dan mampu memberikan pengharapan bagi mereka untuk
terus mengusahakan rezekinya. Seperti biasa pula, ditemani pula dengan deruan
bising suara pengendara sepeda motor berlalu-lalang, hilir mudik, seperti
seolah sudah biasa melihatku dengan keteduhan dan ketenangan kala senja mulai
tiba.
Lamunan membawaku memutar kembali barisan
titik-titik kenangan yang menyatu dalam sebuah bingkai dan tergambar harmoni
dalam lukisan sejarah. Tak terasa, sang waktu masih memperbolehkan dan
membawaku sampai pada zaman ini. Sebentar lagi usiaku memasuki ke 80 tahun
sejak aku ada, mulai mengada, dan semoga juga memberi makna, bagi banyak
barisan anak yang mempercayakan dirinya kepadaku untuk membina diri, menata
pikiran, hingga mejadikanku bagian dari usaha meraih mimpi. Ya, banyak orang
menyebut esensiku dengan sebutan sekolah, yang lain menyebutku tempat menimba
ilmu, ada pula yang menyebutku dengan sebutan Kawah Candradimuka. Apapun orang
memanggilku, yang pasti namaku adalah SDK Yohannes Gabriel. Aku menyadari dengan
pasti alasan keberadanku adalah tempat untuk sarana bagi setiap orang untuk
membentuk diri menjadi semakin terpuji dalam iman dan budi pekerti, berpacu
dalam prestasi.
Terpuji dalam iman dan budi pekerti
berarti setiap orang yang datang dan mempercayakan diri padaku, akan aku bina
sedemikian rupa menjadi anak manusia yang dipenuhi kegembiraan, harapan, dan
kasih. Karena memang dari ketiga prinsip itulah tanda kehadiran Dia yang memanggil
untuk menjadi murid-murid-Nya. Tanpa kegembiraan, harapan, dan kasih, maka
sia-sialah setiap orang mengatakan dirinya mempunyai iman dan budi pekerti yang
luhur. Aku ingin setiap anak manusia yang datang padaku mampu mencari,
menemukan, mengenal, mencintai, dan melakukan perintah Dia, Putera Allah, Sang
Guru sejati.
Baru ketika mereka benih iman itu tumbuh,
perlu dan harus pula diiringi dengan pertumbuhan intelektual. Benih iman akan
menjadi dasar mereka untuk bertumbuh menjadi putra-putri yang membanggakan dan
menjadi terang bagi sesamanya. Harapanku semoga mereka akan bertumbuh menjadi
manusia yang integral, bukan hanya sekedar manusia yang gemilang dalam
intelektual melainkan juga mempunyai keteguhan iman dan budi pekerti.
80 tahun lamanya eksistensiku di atas
bumi ini bukanlah sebuah hal yang sebentar dan mudah untuk aku pertahankan. Pasang-surut
gelombang telah banyak ku hadapi. Dari masa keemasan sampai masa tersulit telah
aku lalui, dan akan terus dengan gagah berani aku lalui bersama orang-orang
yang ada di dalam ku. Bagikan berlayar di sebuah lautan, telah banyak penunpang
yang naik di atasku yang datang dan pergi kuhantar menuju ke seberang, tempat
impian mereka masing-masing harapkan. Mulai dari para pendidiknya, yang mungkin
sudah banyak pula yang meninggalkan dunia ini. Sampai pada, mereka yang ingin
membina diri, dan entah sudah berapa banyak, manusia-manusia unggul yang aku
hantarkan. Entah sudah berapa banyak Insinyur, Arsitek, Dokter, Imam, Biarawan/i,
Artis, Pengusaha, dan masih banyak lagi.
Hmm… Ibarat seorang manusia yang
berziarah di dunia, usia 80 tahun tentu sudah sangat renta dan bahkan juga tak
sedikit manusia yang beranggapan bahwa orang yang telah mencapai seperti usiaku
saat ini adalah mereka yang tinggal menunggu kapan Tuhan memanggilnya. Yang
menjadi pertanyaanku “apakah diusiaku yang sekarang ini, aku sama seperti
manusia yang telah tidak mampu berbuat banyak hal untuk menjadi tempat menempa
diri bagi banyak orang?” satu tekadku, bahwa aku tidak mau menjadi seperti
manusia renta yang tak mampu berbuat apa-apa lagi dan hanya menunggu kematian.
Karena justru ulang tahunku yang ke 80 tahun ini menjadi bukti eksistensiku dan
kredibilitas orang-orang yang telah dengan setiap merawat, membersihkan, dan
membawa aku melukiskan goresan indah bagi orang-orang yang mengenalku.
Peringatan 80 tahun keberadaanku ini akan
menjadi tanda dan penyemangat bagi setiap orang yang menggunakanku sebagai
sarana menuju pulau impian. Aku selalu berharap agar aku tetap mampu mewadahi
dan menjadi sarana generasi muda untuk menjadi manusia seutuhnya, menjadi
tempat lahirnya generasi emas putra-putri bangsa. Semoga bukan hanya kenangan
akan kejayaan di masa lampau dan ketua rentaan yang tak berdaya, yang tinggal
dan hidup dalam kenangan setiap orang yang mendengar atau membicarakan namaku.
Melainkan, sebuah proses metamorphosis yang telah aku alami. Aku bangga dan
berterima kasih kepada mereka yang mengemudikan, merawat, dan menjagaku, karena
mereka, aku boleh mengalami perubahan seturut perkembangan zaman. Sehingga aku
bukan menjadi kapal tua dan rapuh, melainkan kapal megah dan kokoh yang siap
mengangkut dan mewadahi mereka yang ingin menjadi manusia yang utuh.
80 tahun aku mengabdi dan akan terus
mengabdi. Semoga Santo Yohanes Gabriel Perboyre mendoakan aku dan semua orang
yang berada dalam naungan tubuhku. Hmm.. aku tersadar kembali dari lamunan
kenangan memori dan refleksi 80 tahun keberadaanku. Hari sudah semakin larut,
saatnya aku beristirahat untuk kembali esok hari dengan tangan terbuka
melanjutkan perjalanan mengarungi lautan, menghantar putra-putri masa depan
Gereja dan bangsa ini.
Salam.. dan mohon doa dari kalian…***(Red/Kristo)
* Tulisan ini dipersembahkan untuk menyambut
peringatan 80 tahun pesta nama Santo pelindung Sekolah SDK Yohannes Gabriel
pada tanggal 11 September 2013.
Mantabs YoGab!! Maju terus,,, :D
BalasHapusTerima kasih. Mohon dukungan selalu.
Hapus